14
Bila Anda berkata Anda akan belajar secara bertahap tentang diri Anda, menambah sedikit demi sedikit secara terus menerus, maka Anda bukannya menyelidiki diri Anda sendiri sebagaimana adanya saat ini, tetapi melalui pengetahuan yang dikumpulkan. Belajar mengandungkepekaan yang besar. Kepekaan tak mungkin ada bila ada ide, yaitu sesuatu yang telah lampau, tapi yang menguasai masa kini.
Dengan adanya
ide, batin tak mungkin bersifat cepat, luwes, dan awas.
Kebanyakan
diantara kita tidak peka; baik lahiriah maupun batiniah. Kita
terlalu banyak
makan, kita tak mempedulikan makanan sehat, kita terlalu
banyak
merokok dan minum minuman keras, hingga badan kita menjadi
kasar dan tidak sensitif; kepekaan organisme itu telah dibuat tumpul. Bagaimana batin bisa sangat awas, sensitif, jernih, bila organismenya tumpul dan berat? Boleh jadi kita sensitif terhadap beberapa hal tertentu yang menyangkut kepentingan pribadi kita, tetapi supaya kita dapat sungguhsungguh peka terhadap seluruh implikasi kehidupan, maka tak boleh ada pemisahan antara organisme dan batin. Kepekaan itu sebuah gerak yang menyeluruh. Untuk memahami sesuatu Anda harus hidup dengan sesuatu itu,Anda harus mengamatinya, Anda harus mengetahui keseluruhan isinya,sifatsifatnya, strukturnya, geraknya. Pernahkah Anda mencoba hidup dengan diri Anda sendiri? Bila pernah, Anda akan mulai melihat bahwa diri Andaitu bukan sesuatu yang statis,melainkan sesuatu yang hidup dan segar.
Dan untuk dapat hidup dengan sesuatu yang hidup, batin Anda pun harus hidup. Tetapi batin Anda tak dapat hidup bila ia tertangkap dalam pandangan-pandangan, kesimpulan-kesimpulan dan nilai-nilai. Untuk dapat mengamati gerak pikiran dan hati Anda sendiri, Anda harus mempunyai pikiran yang bebas, bukan pikiran yang menyetujui dan tidak menyetujui, yang berat sebelah dalam suatu perdebatan, yang bertengkar tentang kata-kata semata; tetapi sebaiknya Anda mengikutinya dengan maksud untuk memahami. Ini sulit sekali dilakukan, karena kebanyakan dari kita tak tahu bagaimana melihat atau mendengarkan diri kita sendiri seperti halnya kita tak tahu bagaimana melihat keindahan
sebatang sungai atau mendengarkan desir angin diantara pepohonan.
Bila kita menyalahkan atau membenarkan, kita tak akan bisa melihat jelas, pun tak mungkin itu terjadi bila pikiran kita selalu mengoceh saja; maka kita tak dapat mengamati apa yang ada;pandangan kita hanya terarah pada proyeksi-proyeksi yang telah kita buat tentang diri
kita sendiri.
Bila Anda berkata Anda akan belajar secara bertahap tentang diri Anda, menambah sedikit demi sedikit secara terus menerus, maka Anda bukannya menyelidiki diri Anda sendiri sebagaimana adanya saat ini, tetapi melalui pengetahuan yang dikumpulkan. Belajar mengandungkepekaan yang besar. Kepekaan tak mungkin ada bila ada ide, yaitu sesuatu yang telah lampau, tapi yang menguasai masa kini.
![]() |
| "Escape into Reality" (2008)-Michal Trpák |
kasar dan tidak sensitif; kepekaan organisme itu telah dibuat tumpul. Bagaimana batin bisa sangat awas, sensitif, jernih, bila organismenya tumpul dan berat? Boleh jadi kita sensitif terhadap beberapa hal tertentu yang menyangkut kepentingan pribadi kita, tetapi supaya kita dapat sungguhsungguh peka terhadap seluruh implikasi kehidupan, maka tak boleh ada pemisahan antara organisme dan batin. Kepekaan itu sebuah gerak yang menyeluruh. Untuk memahami sesuatu Anda harus hidup dengan sesuatu itu,Anda harus mengamatinya, Anda harus mengetahui keseluruhan isinya,sifatsifatnya, strukturnya, geraknya. Pernahkah Anda mencoba hidup dengan diri Anda sendiri? Bila pernah, Anda akan mulai melihat bahwa diri Andaitu bukan sesuatu yang statis,melainkan sesuatu yang hidup dan segar.
Dan untuk dapat hidup dengan sesuatu yang hidup, batin Anda pun harus hidup. Tetapi batin Anda tak dapat hidup bila ia tertangkap dalam pandangan-pandangan, kesimpulan-kesimpulan dan nilai-nilai. Untuk dapat mengamati gerak pikiran dan hati Anda sendiri, Anda harus mempunyai pikiran yang bebas, bukan pikiran yang menyetujui dan tidak menyetujui, yang berat sebelah dalam suatu perdebatan, yang bertengkar tentang kata-kata semata; tetapi sebaiknya Anda mengikutinya dengan maksud untuk memahami. Ini sulit sekali dilakukan, karena kebanyakan dari kita tak tahu bagaimana melihat atau mendengarkan diri kita sendiri seperti halnya kita tak tahu bagaimana melihat keindahan
sebatang sungai atau mendengarkan desir angin diantara pepohonan.
Bila kita menyalahkan atau membenarkan, kita tak akan bisa melihat jelas, pun tak mungkin itu terjadi bila pikiran kita selalu mengoceh saja; maka kita tak dapat mengamati apa yang ada;pandangan kita hanya terarah pada proyeksi-proyeksi yang telah kita buat tentang diri
kita sendiri.
15
Kita masing-masing mempunyai citra tentang anggapan kita mengenai diri kita sendiri atau tentang kita seharusnya bagaimana, dan citra itu, gambaran itu, menghalang-halangi kita untuk melihat
diri kita sendiri dalam keadaan sebenarnya. Salah satu hal yang paling sukar dilakukan di dunia ialah
memandang apapun secara sederhana. Karena pikiran kita sangat kompleks, maka kita telah kehilangan kesederhanaan ini. Yang kumaksudkan di sini bukannya kesederhanaan dalam hal berpakaian atau makan ---hanya mengenakan cawat saja atau memecahkan rekor dalam berpuasa atau sifat- sifat serba kekanak-kanakan semacam itu yang dipupuk oleh orang-orang yang dianggap suci, melainkan kesederhanaan yang berarti mampu memandang segala sesuatu secara langsung tanpa rasa takut, mampu memandang diri kita sendiri sebagaimana adanya tanpa pemutarbalikan sedikitpun,
mengatakan kita bohong bila kita bohong, tidak menutup-nutupi atau lari dari keadaan sebenarnya.
Lagi pula, untuk dapat memahami diri kita sendiri perlu ada sifatrendah hati yang sangat besar. Bila Anda mulai dengan berkata: "Aku mengenal diriku sendiri", maka Anda telah berhenti belajar
tentang diri Anda sendiri; atau bila Anda berkata "Tak banyak yang dapat dipelajari tentang diriku sendiri karena aku hanya seberkas kenangan, ide, pengalaman dan tradisi, maka Anda telah berhenti juga belajar tentang diri Anda sendiri. Pada saat Anda mencapai sesuatu, Anda berhenti memiliki
sifat kemurnian dan sifat rendah hati; di saat Anda mengambil sebuah kesimpulan atau mulai menyelidiki berdasarkan pengetahuan, celakalah Anda, karena dengan berbuat itu Anda akan menerjemahkan setiap benda hidup ke dalam istilah-istilah usang. Sedangkan bila Anda tak berpijak
pada apapun juga, bila tak ada ketentuan apapun, tak ada prestasi, maka ada kebebasan untuk melihat, untuk belajar. Dan bila Anda melihat dengan kebebasan, maka penglihatan itu selalu baru. Orang yang yakin sekali adalah manusia yang mati.
Tetapi bagaimana kita bisa bebas untuk melihat dan belajar, bila batin kita sejak lahir sampai mati dibentuk oleh suatu kebudayaan tertentu dalampola sempit si "aku"? Selama berabad-abad kita telah terkondisi oleh kebangsaan, kasta, kelas, tradisi, agama, bahasa, pendidikan, kesusasteraan, seni, adat-istiadat, kebiasaan, segala macam propaganda, tekanan ekonomi, jenis makanan kita, iklim, keluarga kita, teman-teman kita, pengalaman-pengalaman kita - setiap jenis pengaruh yang
dapat Anda pikirkan - dan sebab itu jawaban-jawaban kita terhadap setiap masalah sudah terkondisi.
Kita masing-masing mempunyai citra tentang anggapan kita mengenai diri kita sendiri atau tentang kita seharusnya bagaimana, dan citra itu, gambaran itu, menghalang-halangi kita untuk melihat
diri kita sendiri dalam keadaan sebenarnya. Salah satu hal yang paling sukar dilakukan di dunia ialah
memandang apapun secara sederhana. Karena pikiran kita sangat kompleks, maka kita telah kehilangan kesederhanaan ini. Yang kumaksudkan di sini bukannya kesederhanaan dalam hal berpakaian atau makan ---hanya mengenakan cawat saja atau memecahkan rekor dalam berpuasa atau sifat- sifat serba kekanak-kanakan semacam itu yang dipupuk oleh orang-orang yang dianggap suci, melainkan kesederhanaan yang berarti mampu memandang segala sesuatu secara langsung tanpa rasa takut, mampu memandang diri kita sendiri sebagaimana adanya tanpa pemutarbalikan sedikitpun,
mengatakan kita bohong bila kita bohong, tidak menutup-nutupi atau lari dari keadaan sebenarnya.
Lagi pula, untuk dapat memahami diri kita sendiri perlu ada sifatrendah hati yang sangat besar. Bila Anda mulai dengan berkata: "Aku mengenal diriku sendiri", maka Anda telah berhenti belajar
tentang diri Anda sendiri; atau bila Anda berkata "Tak banyak yang dapat dipelajari tentang diriku sendiri karena aku hanya seberkas kenangan, ide, pengalaman dan tradisi, maka Anda telah berhenti juga belajar tentang diri Anda sendiri. Pada saat Anda mencapai sesuatu, Anda berhenti memiliki
sifat kemurnian dan sifat rendah hati; di saat Anda mengambil sebuah kesimpulan atau mulai menyelidiki berdasarkan pengetahuan, celakalah Anda, karena dengan berbuat itu Anda akan menerjemahkan setiap benda hidup ke dalam istilah-istilah usang. Sedangkan bila Anda tak berpijak
pada apapun juga, bila tak ada ketentuan apapun, tak ada prestasi, maka ada kebebasan untuk melihat, untuk belajar. Dan bila Anda melihat dengan kebebasan, maka penglihatan itu selalu baru. Orang yang yakin sekali adalah manusia yang mati.
Tetapi bagaimana kita bisa bebas untuk melihat dan belajar, bila batin kita sejak lahir sampai mati dibentuk oleh suatu kebudayaan tertentu dalampola sempit si "aku"? Selama berabad-abad kita telah terkondisi oleh kebangsaan, kasta, kelas, tradisi, agama, bahasa, pendidikan, kesusasteraan, seni, adat-istiadat, kebiasaan, segala macam propaganda, tekanan ekonomi, jenis makanan kita, iklim, keluarga kita, teman-teman kita, pengalaman-pengalaman kita - setiap jenis pengaruh yang
dapat Anda pikirkan - dan sebab itu jawaban-jawaban kita terhadap setiap masalah sudah terkondisi.
16
Sadarkah Anda bahwa Anda terkondisi? Itulah pertanyaan pertama yang harus Anda tanyakan kepada diri Anda sendiri, dan bukan bagaimana caranya supaya bisa bebas dari keterkondisian Anda. Boleh jadi Anda tak pernah bisa bebas daripada keterkondisian itu, dan bila Anda berkata "Aku harus bebas darinya", Anda bisa masuk lagi ke dalam perangkap lain dari keterkondisian bentuk lain. Jadi, apakah Anda sadar bahwa Anda terkondisi? Tahukah Anda bahwa sekalipun pada waktu Anda memandang
sebuah pohon dan berkata "Itu pohon jati" atau "Itu pohon beringin", penyebutan nama si pohon yang merupakan pengetahuan botanis telahpula mengkondisi batin Anda sedemikian rupa hingga kata itu
mencegah Anda untuk sungguh-sunguh melihat pohon itu. Supaya dapat berhubungan dengan pohon itu Anda harus menyentuhnya dengan tangan Anda, dan tak satu kata - pun dapat menolong Anda untuk menjamahnya.
Bagaimana Anda mengetahui bahwa Anda terkondisi? Apa yang memberitahu Anda? Apa yang memberitahu Anda bahwa Anda lapar? - bukan sebagai satu teori melainkan rasa lapar yang sesungguhnya? Dengan cara yang sama pula, bagaimanakah Anda menemukan fakta sesungguhnya
bahwa Anda terkondisi? Tidakkah itu berkat reaksi Anda terhadap suatu masalah, suatu tantangan? Anda menjawab setiap tantangan sesuai dengan pengkondisian Anda dan karena pengkondisian Anda tidak memadai, maka reaksi Anda akan selalu tidak memadai.
Bila Anda mulai sadar tentang hal ini, maka apakah pengkondisian bangsa, agama dan kebudayaan itu membawa rasa terkungkung? Ambillah salah satu bentuk pengkondisian, misalkan kebangsaan,
sadarilah hal itu secara serius dan menyeluruh dan lihat apakah Anda menyukainya atau berontak terhadapnya, dan jika Anda berontak terhadapnya, apakah Andamau melepaskan diri Anda dari semua jenis pengkondisian. Bila Anda telah puas dengan keterkondisian Anda, sudah teranglah bahwa Anda tak akan berbuat apa-apa terhadap hal itu, tetapi bila Anda tidak puas pada waktu Anda menyadarinya, Anda akan memahami bahwa Anda tak pernah berbuat apapun tanpa itu. Tak pernah! Dan karena itu Anda selama ini hidup di waktu lampau bersama-sama dengan yang mati. Anda hanya mampu melihat sendiri betapa terkondisinya Anda, bila terjadi konflik dalam kesinambungan suatu kenikmatan atau dalam penghindaran diri dari suatu kesusahan. Bila Anda diliputi kebahagiaan yang sempurna, isteri Anda cinta pada Anda, Anda cinta padanya, Anda punya rumah bagus, anak-anak yang manis dan banyak uang, maka Anda samasekali tidak akan menyadari keterkondisian Anda
Sadarkah Anda bahwa Anda terkondisi? Itulah pertanyaan pertama yang harus Anda tanyakan kepada diri Anda sendiri, dan bukan bagaimana caranya supaya bisa bebas dari keterkondisian Anda. Boleh jadi Anda tak pernah bisa bebas daripada keterkondisian itu, dan bila Anda berkata "Aku harus bebas darinya", Anda bisa masuk lagi ke dalam perangkap lain dari keterkondisian bentuk lain. Jadi, apakah Anda sadar bahwa Anda terkondisi? Tahukah Anda bahwa sekalipun pada waktu Anda memandang
sebuah pohon dan berkata "Itu pohon jati" atau "Itu pohon beringin", penyebutan nama si pohon yang merupakan pengetahuan botanis telahpula mengkondisi batin Anda sedemikian rupa hingga kata itu
mencegah Anda untuk sungguh-sunguh melihat pohon itu. Supaya dapat berhubungan dengan pohon itu Anda harus menyentuhnya dengan tangan Anda, dan tak satu kata - pun dapat menolong Anda untuk menjamahnya.
Bagaimana Anda mengetahui bahwa Anda terkondisi? Apa yang memberitahu Anda? Apa yang memberitahu Anda bahwa Anda lapar? - bukan sebagai satu teori melainkan rasa lapar yang sesungguhnya? Dengan cara yang sama pula, bagaimanakah Anda menemukan fakta sesungguhnya
bahwa Anda terkondisi? Tidakkah itu berkat reaksi Anda terhadap suatu masalah, suatu tantangan? Anda menjawab setiap tantangan sesuai dengan pengkondisian Anda dan karena pengkondisian Anda tidak memadai, maka reaksi Anda akan selalu tidak memadai.
Bila Anda mulai sadar tentang hal ini, maka apakah pengkondisian bangsa, agama dan kebudayaan itu membawa rasa terkungkung? Ambillah salah satu bentuk pengkondisian, misalkan kebangsaan,
sadarilah hal itu secara serius dan menyeluruh dan lihat apakah Anda menyukainya atau berontak terhadapnya, dan jika Anda berontak terhadapnya, apakah Andamau melepaskan diri Anda dari semua jenis pengkondisian. Bila Anda telah puas dengan keterkondisian Anda, sudah teranglah bahwa Anda tak akan berbuat apa-apa terhadap hal itu, tetapi bila Anda tidak puas pada waktu Anda menyadarinya, Anda akan memahami bahwa Anda tak pernah berbuat apapun tanpa itu. Tak pernah! Dan karena itu Anda selama ini hidup di waktu lampau bersama-sama dengan yang mati. Anda hanya mampu melihat sendiri betapa terkondisinya Anda, bila terjadi konflik dalam kesinambungan suatu kenikmatan atau dalam penghindaran diri dari suatu kesusahan. Bila Anda diliputi kebahagiaan yang sempurna, isteri Anda cinta pada Anda, Anda cinta padanya, Anda punya rumah bagus, anak-anak yang manis dan banyak uang, maka Anda samasekali tidak akan menyadari keterkondisian Anda

Tidak ada komentar:
Posting Komentar