17
Bila Anda
menentang salah satu gangguan atau membela diri Anda terhadap salah satu
ancaman dari luar ataupun dari
![]() | ||
menyadari
betapa ketatnya keterkondisian kita. Lalu apakah yang akan kita perbuat?
Menerima gangguan itu dan hidup dengannya sebagai halnya kebanyakan diantara
kita melakukannya? Membiasakan diri padanya sebagai halnya orang membiasakan
diri hidup dengan sakit punggung? Bersikap sabar terhadapnya ?
Di dalam diri
kita semua ada satu kecenderungan untuk bersikap sabar terhadap persoalan-persoalan,
untuk terbiasa padanya, untuk melemparkan kesalahan pada keadaan luar.
"Oh, asal segala sesuatu itu berjalan lancar,aku pasti tidak akan seperti
sekarang ini", begitu kita berkata, atau "Berilah aku kesempatan dan
aku akan mencapai tujuanku", atau: "Aku telah dihancur-luluhkan oleh
ketidak-adilannya semua itu" tentang gangguangangguan yang kita rasakan,
kita selalu menimpakan kesalahan pada orang lain, atau pada keadaan sekitar
kita atau pada situasi ekonomi.
Terbiasanya
orang akan gangguan adalah pertanda bahwa batinnya telah menjadi tumpul, sama
saja halnya dengan terbiasanya orang akan keindahan di sekelilingnya begitu
rupa, hingga ia tak memperhatikannya lagi. Orang menjadi acuh tak acuh, keras
dan tak berperasaan dan batinnya menjadi makin lama makin tumpul. Bila kita
tidak bisa terbiasa dengan
satu gangguan
tertentu, kita berusaha untuk lari darinya dengan cara menelan salah satu obat
bius, dengan menggabungkan diri dalam salah satu golongan politik,
berteriak-teriak, menulis, pergi nonton pertandingan sepak bola atau pergi ke
satu kuil atau gereja atau mencari salah satu bentuk hiburan apa lainnya.
18
Mengapa kita
lari dari fakta-fakta yang nyata? Kita takut akan kematian - aku hanya mengambilnya
sebagai sebuah contoh saja - dan kita menciptakan segala macam teori, harapan,
kepercayaan, untuk menutupi fakta kematian, tetapi fakta tersebut tetap ada di
situ. Untuk mengerti sebuah fakta kita harus memandangnya, tidak lari darinya.
Kebanyakan
diantara kita
takut hidup dan juga takut mati. Kita takut akan keselamatan keluarga kita,
takut akan pendapat umum, takut kehilangan jabatan, kehilangan jaminan
keamanan, dan beratus-ratus hal lainnya. Fakta yang jelas ialah bahwa kita
takut, dan bukan bahwa kita takut akan ini atau itu.
Jadi mengapa
kita tak bisa menghadapi fakta itu?
Anda hanya
dapat menghadapi sebuah fakta di saat ini dan bila Anda tak pernah
membiarkannya hadir di saat ini karena Anda selalu lari darinya, maka Anda tak
akan pernah bisa menghadapi fakta itu, dan karena kita telah mengembangkan
suatu jaringan lengkap dari berbagai bentuk pelarian, kita tertangkap dalam
kebiasaan melarikan diri.
Kini, bila Anda
sungguh-sungguh sensitif, sungguh-sungguh serius, Anda tidak hanya akan sadar
tentang keterkondisian Anda, tetapi Anda akan pula sadar akan bahaya dari semua
akibatnya, akan keganasan dan kebencian bentuk apa saja yang bisa menjadi
akibatnya. Mengapakah, bila Anda melihat bahaya keterkondisian Anda, Anda tidak
bertindak? Apakah itu karena Anda malas, sedangkan sifat malas itu berarti Anda
kekurangan energi? Tetapi Anda tidak akan kekurangan energi bila Anda melihat
suatu bahaya fisik yang langsung sebagai halnya seekor ular, atau jurang yang
dalam, atau
api. Tetapi mengapa Anda tidak bertindak bila Anda melihat bahaya
keterkondisian Anda? Andaikata Anda melihat bahaya nasionalisme bagi keamanan
diri Anda sendiri, tidakkah Anda akan bertindak?
Jawabannya
ialah bahwa Anda tidak melihat. Melalui suatu proses intelektual yang analistis,
Anda mungkin melihat bahwa nasionalisme itu menuju pada penghancuran diri,
tetapi hal itu tak mengandung emosi. Hanya bila ada emosi di dalamnya, maka
Anda bisa menjadi vital. Jika Anda melihat bahaya keterkondisian Anda
semata-mata sebagai
satu konsep
intelektual, Anda tak akan pernah berbuat apa-apa terhadap hal itu. Melihat
satu marabahaya sebagai sebuah ide belaka, menimbulkan konflik antara ide dan
tindakan, dan konflik itu akan menghabiskan energi Anda. Hanya bila Anda
melihat keterkondisian dan bahayanya sekaligus secara langsung,
dan seperti Anda melihat sebuah jurang yang dalam, barulah Anda bertindak. Maka
melihat adalah bertindak.
19
Kebanyakan
diantara kita menjalani hidup tanpa cukup perhatian, hanya bereaksi saja
tanpa-pikir menurut lingkungan tempat kita dibesarkan, dan reaksi-reaksi
semacam itu hanya menciptakan perbudakan lebih lanjut, pengkondisian lebih
lanjut, akan tetapi, pada saat Anda mencurahkan seluruh perhatian Anda pada
keterkondisian Anda, Anda akan melihat bahwa Anda bebas samasekali dari masa
lampau, bahwa masa lampau itu terlepas dari Anda secara wajar.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar