ARTI KESADARAN
kesedihan, maupun kebahagiaan. Atau
apakah kita sadar akan semua itu hanya
apabila kejadian tersebut telat lewat?
Marilah kita mulai seolah-olah kita semua tidak tahu tentang kesadaran itu dan memulainya dari awal. Tak usahlah kita menyatakan ketegasan apapun, baik yang sifatnya dogma maupun yang
ilmiah (Lupakan teori-teori yang kita ketahui tentang kesadaran). Marilah kita selidiki persoalan ini dan apabila
kita benar-benar memasukinya dalam-dalam, akan terungkap suatu kejadian yang luar biasa, keadaan yang barangkali tak pernah dijamah oleh pikiran. Suatu dimensi yang tak tersentuh oleh kesadaran yang dangkal (councious). Marilah kita bertolak dari yang dangkal ini dan mengungkapnya. Kita melihat dengan mata kita. Kita mencerap dengan indera kita hal-hal disekitar kita: warna
bunga, burung mungil yang mengitari bunga, sinar matahari, suara-suara, bayang-bayang pohon serta pohonnya itu sendiri.
Dengan cara yang sama kita merasakan badan kita yang merupakan alat dari berbagai jenis persepsi indera yg dangkal. Apabila persepsi ini tetap berada pada permukaan yang dangkal, tidak akan terjadi kebingungan sama sekali (tidak ada konflik). Bunga-bunga itu, mawar itu, pohon itu berada disana dan begitulah adanya.
Tak ada pilihan, tak ada perbandingan,
Tak ada suka maupun tidak suka. Yang ada di depan kita cuman benda itu saja, tanpa ada keterlibatan psikologis dari pikiran sedikitpun. Apakah semua persepsi indera atau kesadaran
yang dangkal ini cukup jelas anda pahami?
Hal itu dapat saja diperluas ke objek-objek penglihatan yang lainnya. Dan semua itu benar-benar ada disitu (tanpa keterlibatan atau campur tangan pikiran kita terhadap keberadaannya masing-masing). Sekarang langkah berikutnya. Apa yang anda pikirkan atau rasakan mengenai segalanya ini adalah reaksi pikiran anda yang bersifat psikologis. Inilah yang kita sebut pikiran & emosi. Jadi kesadaran yg dangkal adalah hal yg biasa sekali, yaitu: pintu itu ada disitu. Akan tetapi deskripsi mengenai pintu bukanlah pintu itu yang sesungguhnya. Dan jika anda melibatkan pikiran dan emosinya dalam mendeskripsikannya, anda tidak melihat pintunya. Deskripsi anda boleh jadi merupakan sebuah kata atau keterangan atau tanggapan tentang pintu tersebut, namun semua itu bukanlah pintu itu sendiri.
Dalam memahami apa itu kesadaran, hal ini sangat penting untuk di pahami sejak awal mula sekali. Jika kita tidak memahaminya, kita akan menjadi semakin bingung (mengartikan kesadaran). Penggambaran deskripsi bukanlah benda yang sesunguhnya. Sekalipun kita pada saat ini juga sedang menggambarkan sesuatu, hal mana memang harus kita lakukan. namun sesuatu yang kita gambarkan ini bukanlah benda yang sesungguhnya.
Sekarang, apabila kita menjadi sadar akan reaksi ini, kita dapat menamakannya tingkat kedalaman kedua dari kesadaran. Ada kesadaran tentang bunga mawar dan kesadaran
akan reaksi pikiran terhadap bunga mawar itu. Sesungguhnya kesadaran yang melihat bunga mawar dan kesadaran yang melihat pikiran terhadap bunga mawar itu adalah hal yang sama.
Bila ada kesadaran visual akan pohon tanpa ikut serta psikologis (pikiran), maka tidak terdapat keterpisahan dalam antar hubungan (inter-relasi). Akan tetapi jika ada tanggapan psikologis terhadap bunga mawar, tanggapan ini merupakan reaksi yang terkondisi (konflik). Bila ada kesadaran akan pohon, maka tidak terdapat penilaian. Akan tetapi bila terdapat reaksi terhadap pohon, jika pohon tersebut dinilai atas dasar suka dan tidak suka. maka timbullah keterpisahan dalam kesadaran sebagai si aku yang suka dan si aku yang tidak suka. Inilah yang dinamakan konflik.
Yang penting adalah: Bisakah ada suatu
kesadaran, suatu pengamatan terhadap pohon itu, Tanpa penilaian, tanggapan, reaksi, pendapat apapun?
J. KRISHNAMURTI dalam "The Urgency of Change"
MEDITASI YANG BENAR
"Meditasi adalah menyadari setiap pikiran dan setiap perasaan, tanpa pernah mengatakan itu benar atau salah, melainkan hanya sekedar mengamatinya, dan bergerak bersamanya.
Di dalam mengamati itu, Anda mulai memahami seluruh gerak pikiran dan perasaan. Dan dari kesadaran ini datanglah keheningan.
Keheningan yang dibuat oleh pikiran adalah kemandekan, mati; tetapi keheningan yang datang ketika pikiran telah memahami asal mulanya sendiri, hakikat dirinya sendiri, memahami bahwa semua pikiran tidak pernah bebas, melainkan selalu tua -- keheningan ini adalah meditasi, yang di situ si pemeditasi sepenuhnya tidak ada, oleh karena batin telah mengosongkan dirinya dari masa lampau."
~ J Krishnamurti
MENEMPUH LAUTAN TANPA PETA
Kesedihan adalah hasil suatu kejutan; itu adalah keterguncangan sementara dari suatu batin yang telah mapan, yang telah menerima rutinitas kehidupan. Terjadi sesuatu—kematian, kehilangan pekerjaan, sanggahan terhadap kepercayaan yang dipegang erat—maka batin terganggu.
Tetapi apa yang dilakukan oleh batin yang terganggu? Ia mencari jalan agar tidak terganggu lagi; ia mencari perlindungan di dalam kepercayaan lain, di dalam pekerjaan yang lebih terjamin, di dalam hubungan baru.
Lagi-lagi gelombang kehidupan melanda dan memporakporandakan pengaman-pengamannya, tetapi batin mencari lagi pertahanan-pertahanan lebih jauh; begitulah terus-menerus. Itu bukan cara yang cerdas, bukan? Tidak ada bentuk tekanan lahiriah maupun batiniah yang bisa menolong, bukan? Semua tekanan, betapa pun halus, adalah hasil ketidaktahuan; ia lahir dari keinginan untuk memperoleh ganjaran atau ketakutan akan hukuman.
Memahami seluruh hakikat perangkap ini berarti bebas darinya; tidak ada orang, sistem atau kepercayaan apa pun yang dapat membebaskan Anda. Kebenaran inilah satu-satunya faktor pembebas—tetapi Anda harus melihatnya sendiri, dan bukan sekadar dibujuk. Anda harus berlayar menempuh lautan tanpa peta.
Buku Kehidupan
Jiddu Krishnamurt
Kemampuan menyendiri adalah kemampuan
untuk mencintai. Ini bisa saja terlihat bertentangan, tetapi tidak. Ini adalah
kebenaran sejati; hanya mereka yang mampu menyendiri lah yang mampu untuk
mencintai, untuk berbagi, mampu untuk menyelami bagian terdalam dari orang
lain- tanpa memiliki orang tersebut, tanpa menjadi bergantung kepada mereka,
tanpa menurunkan mereka ke level benda (hanya benda yang dapat dimiliki), dan
tanpa menjadi kecanduan kepada orang tersebut. Ia mengizinkan kebebasan mutlak,
karena ia tahu jika mereka pergi, mereka akan sebahagia sekarang. Kebahagiannya
tidak dapat diambil oleh orang lain, sebab kebahagiaanya tidak diberikan oleh
orang lain. ~ OSHO~
PIKIRAN, AKU, KEHIDUPAN
KEKAL, AGAMA, BERHENTINYA PIKIRAN & 'SESUATU
YANG LAIN'
Setiap makhluk berupaya untuk bertahan hidup (survive). Untuk itu mereka terus-menerus berinteraksi dg lingkungannya: menganbil benda2 yg bermanfaat bagi hidupnya; dan membuang benda2 yg merugikan bagi kelangsungan hidupnya.
Begitu pula manusia. Pada manusia, upaya untuk survival ini dibantu oleh inteleknya. Untuk itu intelek menciptakan subjek/rasa-aku; lalu intelek/pikiran mengabdi pada kepentingan si aku.
Demikianlah ego (si aku) mengkooptasi (mengambil-alih) fungsi intelek, dan merasa menjadi "pemilik" dari intelek.
Ego melihat kefanaan dirinya, sehingga ia menempatkan survivalnya yang terakhir pada suatu gagasan "kehidupan kekal" sebagai RUH yang dipercayanya sebagai hakikat dari eksistensinya. ..... Dari situlah akhirnya muncul gagasan tentang agama, tuhan, surga/neraka, nirwana dsb. Dianggapnya keselamatan terdapat di dalam kepercayaan2 itu.
Semua itu melencengkan kesadaran manusia dari fakta kehidupan sesungguhnya, yang bersifat fana dan pada dasarnya didorong oleh ketidakpuasan (penderitaan) & pencarian ini.
Sementara itu, beberapa orang mulai menyadari kondisi intelek yang diambil alih oleh si aku yg diciptakannya itu. Mereka mengembalikan intelek pada fungsi asalnya yaitu survival kehidupan organisme ini. Selebihnya mereka tidak membiarkan batinnya terseret oleh pikiran yang terus mengejar "kehidupan kekal".
Dengan demikian, pikiran mendapat kesempatan untuk berhenti, hening; keheningan yang pada mulanya berlangsung untuk waktu terbatas.
Di situlah akan terlihat, dialami 'sesuatu yang lain', yang tidak terkondisi oleh waktu, yang bukan pikiran, bukan aku lagi. ..... Ternyata "itulah yang dicari, dikhayalkan, oleh manusia sepanjang zaman." [Krishnamurti]
'J A L A N'
Jika Anda melihat apa sesungguhnya jalan itu, bukan hanya akhirnya tetapi juga awalnya, yang sama dengan akhirnya, tidak mungkin lagi Anda berjalan di atasnya.
Anda mungkin, setelah mengetahui bahayanya, kadang-kadang menyimpang berjalan di atasnya pada saat tidak sadar, lalu tiba-tiba menyadari Anda berada di atasnya -- tetapi melihat jalan itu dan kegersangannya berarti mengakhiri jalan itu, dan inilah satu-satunya tindakan.
Janganlah berkata, "Saya tidak mengerti, saya harus merenungkannya, saya harus menggarapnya, saya harus melatih kesadaran, saya harus menemukan apa artinya penuh perhatian, saya harus bermeditasi dan menyelaminya," tetapi lihatlah bahwa setiap gerak pemenuhan, pencapaian atau ketergantungan dalam hidup adalah jalan itu.
Melihat ini berarti melepaskan jalan itu. Ketika Anda melihat suatu bahaya Anda tidak cerewet mempersoalkannya, mencoba menentukan sikap apa yang harus dilakukan. Jika, di hadapan bahaya, Anda berkata, "Saya harus bermeditasi tentang itu, harus menyadarinya, menyelaminya, memahaminya," Anda tidak akan tertolong, sudah terlambat.
Jadi yang harus Anda kerjakan hanyalah sekadar melihat jalan itu, apa hakikatnya, ke mana ia membawa dan bagaimana rasanya -- dan Anda sudah akan menempuh arah lain.
inilah yang kita maksud ketika kita bicara tentang kesadaran. Yang kita maksud adalah menyadari jalan itu, dan seluruh makna jalan itu, menyadari ribuan gerak berbeda dari kehidupan yang berada di jalan yang sama itu. Jika Anda mencoba melihat dan berjalan di "jalan yang lain", Anda tetap berada di jalan yang sama.
Penanya: "Bagaimana saya bisa yakin bahwa saya melihat apa yang harus dilakukan?"
Krishnamurti: Anda tidak bisa melihar apa yang harus dilakukan; Anda hanya bisa melihat apa yang semestinya tidak dilakukan. Pengingkaran (negation) total dari jalan itu adalah awal yang baru, jalan yang lain.
Jalan yang lain ini tidak ada di peta. Ia juga tidak pernah bisa digambarkan di peta mana pun. Setiap peta adalah peta dari jalan yang salah, jalan yang lama.
~ Krishnamurti: Eight
conversations: 8th conversation
1.
Apakah doa hrs bersuara? Tdk
selalu. Jika Anda menyukai kedalaman, suara tdk banyak diperlukan. Anda
memerlukan lebih banyak hati yg indah dibandingkan suara yg nyaring. Ini pesan
utk jiwa2 yg indah: "Hati tanpa suara lebih dalam dari suara tanpa
hati"
Gede Prama's
Gede Prama's
2.
Di atas hukum ada keadilan,
diatas kertas ada kebenaran, dan di atas ilmu pengetahuan ada kebijaksanaan.
Para ilmuwan harus mulai terbiasa mengajarkan cara-cara berpikir di atas
dalil-dalil kognisi untuk mencetak polotisi-politisi berbudi luhur dan anak
harimau yang tak menerkam ibunya sendiri di kala lapar.
_:: Rhenald Kasali ::
_:: Rhenald Kasali ::
3.
"Orang
yang sungguh-sungguh bebas, tidak akan berdebat dengan siapa pun; ia
menggunakan kata-kata dari dunia, tapi tidak melekat kepadanya".
~ Buddha (M, i, 500)
C I N T A
Kita berkata, cinta tidak punya alasan -- itu jelas. Jika aku mencintaimu karena engkau memberikan sesuatu, itu barang dagangan, yang ada di pasar.
Jadi, bisakah aku mencintaimu, bisakah ada cinta, tanpa keinginan apa pun, secara fisik, secara psikologis, di dalam, tiada apa pun dalam bentuk apa pun?
Maka itulah cinta, yang tidak punya alasan; dan dengan demikian tidak terbatas. Pahamkah Anda? Seperti kecerdasan, yang tidak punya alasan, ia tanpa akhir, abadi; begitu pula welas asih.
Nah, jika ada sifat itu dalam kehidupan kita, maka seluruh kegiatan berubah secara menyeluruh.
~ Krishnamurt

Tidak ada komentar:
Posting Komentar